Menjadi Pewaris Budaya di Tengah Arus Globalisasi

Menjadi Pewaris Budaya di Tengah Arus Globalisasi

Oleh ; Herentobianus Lukiston mahasiswa semester 3, Fakultas Keguruan dan Ilmu pengetahuan Universitas Widya Mandira Kupang

Budaya merupakan napas kehidupan sebuah bangsa. Ia bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan fondasi moral dan identitas yang menegaskan siapa kita di tengah dunia yang terus berubah. Namun, di era globalisasi yang serba cepat ini, pertanyaan mendasar muncul: sudahkah kita menjadi pewaris yang baik bagi budaya bangsa sendiri?

Modernisasi dan teknologi telah membuka batas dunia. Informasi, gaya hidup, dan nilai-nilai baru datang tanpa henti, menembus ruang privat masyarakat hingga ke dalam rumah-rumah kita. Sayangnya, banyak dari kita yang terpesona oleh budaya asing hingga lupa pada akar budaya sendiri. Gaya berpakaian, cara berbicara, hingga selera hiburan sering kali mencerminkan ketergantungan terhadap budaya luar. Akibatnya, seni, tradisi, dan kearifan lokal mulai tersisih, bahkan dilupakan oleh generasi muda.

Fenomena ini tidak bisa dianggap sepele. Budaya asing memang membawa sisi positif, membuka wawasan dan memperkaya kreativitas — namun tanpa filter yang bijak, ia bisa mengikis identitas bangsa. Contohnya jelas terlihat dari berkurangnya minat generasi muda dalam seni tradisional seperti menari, membatik, atau memainkan alat musik daerah. Di sisi lain, gaya hidup kebarat-baratan yang menonjolkan kebebasan tanpa batas mulai menggeser nilai-nilai kesopanan dan kebersahajaan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

Menjadi pewaris budaya sejati bukan berarti menolak kemajuan. Justru, kita perlu menemukan keseimbangan antara menerima hal baru dan mempertahankan nilai lama. Budaya harus dihidupkan kembali dalam konteks modern — hadir dalam ruang digital, menjadi konten kreatif di media sosial, diajarkan di sekolah, dan dipraktikkan di lingkungan keluarga. Festival daerah, lomba tradisional, serta dukungan terhadap seniman lokal dapat menjadi langkah konkret dalam menghidupkan kembali kebanggaan budaya.

Lebih dari sekadar warisan, budaya adalah roh bangsa. Ia membentuk moral, perilaku, serta cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. Tanpa budaya, bangsa ini akan kehilangan arah dan jati dirinya. Oleh karena itu, mari kita menjadi generasi yang tidak hanya mewarisi budaya, tetapi juga menumbuhkannya dengan semangat baru. Globalisasi boleh datang dengan segala pesonanya, tetapi budaya bangsa harus tetap menjadi pijakan setiap langkah kita.

Menjaga budaya adalah wujud cinta tanah air yang sejati — sebab bangsa tanpa budaya hanyalah kumpulan manusia tanpa ruh dan tanpa arah.