Polwan Masa Kini, Kartini dalam Balutan Seragam

Polwan Masa Kini, Kartini dalam Balutan Seragam

Oleh : Ipda Warda Aulia Rrahma, S.Tr.K

“Habis gelap, terbitlah terang.” Kalimat ini telah menjadi simbol emansipasi wanita Indonesia, digoreskan oleh Raden Ajeng Kartini yang gigih memperjuangkan hak dan martabat kaumnya pada masa penjajahan. Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keppres RI Nomor 108 Tahun 1964, hari kelahirannya, 21 April, dikenang sebagai Hari Kartini, sebuah penghormatan abadi terhadap perempuan Indonesia.

Kartini lahir di Jepara pada 1879 dan dengan cerdas menentang ketimpangan gender yang meminggirkan perempuan dari ruang-ruang publik. Ia mengkritisi budaya patriarki yang menempatkan perempuan hanya sebagai pelayan rumah tangga. Melalui surat-suratnya, ia merintis jalan bagi kemerdekaan berpikir dan berkarya bagi kaum perempuan. Ide-idenya diabadikan dalam buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), yang hingga kini menjadi sumber inspirasi pembebasan perempuan Indonesia.

Kartini Berjiwa Polwan

Semangat Kartini hari ini menjelma dalam sosok perempuan-perempuan tangguh yang mengenakan seragam polisi. Polwan masa kini adalah manifestasi nyata bahwa perempuan tidak lagi dibatasi dapur, sumur, dan kasur. Mereka berdiri sejajar dengan laki-laki di garis terdepan, menjaga keamanan, menegakkan hukum, bahkan hadir sebagai pelindung dan pelayan masyarakat dalam berbagai situasi.

Pandemi Covid-19 membuktikan hal itu. Di saat dunia dilanda krisis, para Polwan tak mundur selangkah pun. Mereka tetap bertugas di lapangan: mengatur lalu lintas, mengedukasi masyarakat soal protokol kesehatan, menyalurkan bantuan sosial, hingga memberi penguatan psikologis bagi masyarakat terdampak. Mereka adalah Kartini masa kini yang tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga membawa harapan dan ketenangan di tengah ketakutan.

Di tengah kesibukannya sebagai abdi negara, mereka tetap menjadi ibu, istri, dan anggota keluarga yang penuh cinta. Mereka menyeimbangkan tugas profesional dengan tugas emosional, membuktikan bahwa perempuan mampu menjalankan peran ganda dengan elegan dan tangguh. Mereka adalah motor penggerak di rumah, sekaligus benteng ketahanan sosial di masyarakat.

Peran Strategis dalam Institusi

Bukan sekadar simbol, Polwan kini memegang posisi strategis dalam institusi kepolisian. Dari level penyidik hingga pejabat utama, dari penggerak komunitas hingga negosiator dalam kasus-kasus sensitif, suara dan aksi Polwan diperhitungkan. Tak hanya tegas, mereka membawa pendekatan humanis yang khas perempuan: lebih mendengar, lebih sabar, lebih mengayomi.

Roh Kartini kini hidup dalam tubuh Polwan yang terus memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan. Undang-undang yang melindungi perempuan, seperti UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, kini ditegakkan langsung oleh mereka yang juga adalah bagian dari komunitas perempuan itu sendiri.

Refleksi Hari Kartini: Polwan sebagai Inspirasi

Di Hari Kartini ini, marilah kita memandang Polwan bukan hanya sebagai bagian dari institusi negara, tetapi sebagai simbol kebangkitan perempuan Indonesia. Ada lima refleksi penting yang patut direnungkan: Pertama, Pelindung dan Penjaga Kehidupan: Polwan adalah bunga bangsa yang mekar dalam disiplin, keberanian, dan keteguhan. Mereka meredam konflik, mengurai kekerasan, dan menjaga kedamaian.

Kedua, Bebas dari Kekerasan: Polwan juga manusia. Mereka layak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, maupun sistemik. Negara dan masyarakat wajib menjamin keamanan lahir batin mereka.

Ketiga, Pusat Komunikasi Keluarga dan Sosial: Dengan empati dan kecakapan berbicara, Polwan memainkan peran penting dalam mediasi, advokasi, dan edukasi publik. Mereka orator sosial yang menjembatani antara hukum dan rasa kemanusiaan.

Keempat, Guru dan Penuntun: Tak sedikit Polwan yang menjadi panutan bagi anak-anak, keluarga, bahkan masyarakat luas. Keberhasilan anak dan ketenangan rumah tangga sering kali bersumber dari peran seorang ibu yang juga seorang Polwan.

Kelima, Bebaskan Pikiran, Luaskan Dunia: Walau tubuhnya mungkin terbatasi seragam dan sistem, biarlah pikiran dan kreativitasnya tetap bebas berkembang. Polwan harus terus belajar, berkarya, dan berinovasi demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Polwan adalah Kartini masa kini. Di balik senyum ramah mereka, tersembunyi keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Mereka bukan hanya petugas, tetapi juga inspirasi. Mereka bukan hanya pelayan hukum, tetapi juga pelindung nurani. Semoga semangat Kartini terus menyala dalam dada setiap Polwan Indonesia.

Selamat Hari Kartini! Untukmu Polwan, Kartini Muda yang Menyinari Negeri.

Editor : Bripka Simoen Sion H. S.Kom / Seksi Humas Polres Kupang.